Alasan (Dulu) Saya Menolak Menjadi AIESEC-er

Sebelum bergabung AIESEC, saya punya berbagai macam alasan untuk menolak bergabung.

1.       AIESEC, menyita waktu luang saya di masa muda. Dan kemudian saya berfikir ketika masa muda saya habiskan untuk hal kenikmatan sesaat, bagaimana saya menikmati masa tua saya. Saya akhirnya menemukan banyak kebahagiaan di AIESEC. Bersama teman-teman dari negara berbeda, saya menemukan banyak cara untuk menikmati masa muda dan berinvestasi untuk masa tua.

2.       AIESEC berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris yang membuat saya sakit kepala setiap kali ingin mengungapkan sesuatu. Dan kemudian saya menyadari bahwa ‘sampai kapan saya membatasi diri saya hanya karena persoalan bahasa’. ‘sampai kapan saya tidak mau berbahasa Inggris’. AIESEC seperti tempat kursus gratis buat saya. Saya bisa belajar bahasa Inggris dan praktek langsung beberapa native speaker yang ikut berpartisipasi dalam project AIESEC.

3.       Pertukaran pelajar yang dilakukan AIESEC menggunakan biaya sendiri. Dan setelah 3 bulan saya terlibat pada project mengajar di India, saya menyadari bahwa biaya yang saya keluarkan tidak sebanding dengan pengalaman yang saya dapatkan. Terus terang saya menghabiskan biaya sekitar 8 juta untuk pengurusan visa dan tiket pesawat. Namun saya tidak yakin ada perusahaan yang mau dibayar 8 juta untuk menyediakan lingkungan kerja berbahasa Inggris dengan 5 orang interns, menanggung tempat tinggal dan makanan sehari hari selama 11 bulan, memberikan saya gaji, serta memberikan pengalaman untuk mengenal negara lain secara langsung.

4.       Bekerja dengan AIESEC menghabiskan kuota Internet saya. Hingga saya sadari bahwa sesungguhnya menggunakan kuota internet dalam AIESEC jauh lebih penting dan berharga daripada eksis di social media. Kini saya merasa lebih akrab dengan email, skype dan beberapa aplikasi yang sering saya gunakan dalam bekerja di AIESEC. 

5.       Saya sibuk dengan tugas akhir saya sebagai mahasiswa akhir. Dan pada akhirnya AIESEC lah yang menjemput impian saya setelah lulus kuliah. Di saat seharusnya saya memikirkan perusahaan mana yang akan menerima saya bekerja, AIESEC memberikan jawaban untuk melanjutkan jenjang setelah kuliah. Saya tidak banyak menghabiskan waktu memikirkan harus kemana saya setelah kuliah.



Disaat saya memiliki seratus alasan untuk tidak bergabung dengan AIESEC, saya selalu mempunyai seribu alasan untuk menjadi bagian dari organisasi Internasional ini. selain berkontribusi untuk dunia, saya  berinvestasi untuk diri saya. I am an AIESECer, what about you.

Comments

  1. Peace be upon u. My name Muhammad Aseffudin, Now I am one of student of UIN Walisongo Semarang, Ushuluddin Faculty major Theology and Philosopy. I need some information about scholarship, I want to keep my spirit to get knowledge. Please, could you help me?? Thanks... May Allah always give you mercies and blessings.. amiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi!!! Nice to know you. Unfortunately, I don't have much information about scholarship.

      Delete
    2. Ouuwhh.. Oke, take it easy. I hope we can share each other about scholarship. Oh ya, nice too meet you too. Thanks a lot.

      Delete
  2. Bagaimana cara apply untuk student exchange aiesec dan perincian biayanya ya ? Saya mau xoba ikut pertukaran pelajar nantinya

    ReplyDelete
  3. Bagaimana cara apply untuk student exchange aiesec dan perincian biayanya ya ? Saya mau xoba ikut pertukaran pelajar nantinya

    ReplyDelete
  4. Salam kenal,sy pny adik yg kbetulan baru mengikuti serangkaian tes untuk prtkrn pljr d aiesec dan alhmdllh lulus, hny saja dia msh bingung menentukan negara tujuanny, mohon info dan masukanny buat adik saya, dia kul d jur.ekonomi pembangunan unsud,mksh

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mr. Athirah and Katy :)

si JUDES yang pelit !!

HORRIBLE TIME FOR FLORIST !