When I was in Ramma'

Saya pamit, pamit untuk ke malino. Tapi bukan pamit untuk mendaki gunung maupun camping. Saya sudah sangat yakin, tidak akan dapat ijin untuk melakukan kegiatan yang menurut orang tua saya sangat ekstrem. Saya mempersiapkan diri beberapa minggu sebelum memulai liburan ini. Sekali-kali saya ingin merasakan liburan yang berbeda. Liburan di alam beratapkan langit berbungkus tenda tanpa signal wi-fi. 

Saya mulai melatih fisik dengan jogging setiap sore di seputaran daerah kampus. Namun, tetap saja belum yakin, kapan akan memulai mendaki gunungnya. Beberapa tawaran silih berganti datang, namun tidak satupun yang bisa memastikan :'. And finally, here we are 

"Ahdan mau ke ramma' sama teman kantor ku kita berangkat jumat depan dan pulang hari minggu ?" tawaran ini sontak membuat saya kegirangan lompat kesana kemari di dalam lab dan segera mengirim sms ke atasan saya untuk minta cuti 2 hari. Sorry that i told you a lie boss :D

Saya semakin bersemangat jogging sore. Hingga tiba waktunya, Jumat 25 Oktober 2013, saya masih harus mengikuti simulasi tes TOEFL di pagi hari dan melanjutkan pekerjaan d kantor, karena tidak dapat ijin untuk 2 hari :(

Perjalanan dimulai ! Saya masih agak canggung dengan keadaan sekitar. Tidak mengenal siapapun di dalam mobil. Yang ku tahu mereka teman-teman mba Ayish. *hihihihi.  Perhentian pertama di mesjid daerah gowa. Saya merasa mual bukan kepalang. Maklum, belum terbiasa untuk duduk di dalam mobil. Saya biasanya mengendarai sepeda motor :D. Belum juga pusing saya hilang, perjalanan kembali dilanjutkan menuju malino. Kami berangkat dengan 2 mobil dan cukup lowong. Syukur, saya merasa agak baikan ketika pindah di kursi bagian depan. 

Cahaya matahari kemudian menghilang berganti dengan langit gelap dan udara dingin. 

"Sedikit lagi kita sampai" ucapan said yang mengendarai mobil membuat saya sedikit menghela nafas. 

Rasanya saya tidak sanggup lagi melewati jalanan berkelok-kelok ini. Perhentian terakhir untuk melaksanakan sholat maghrib sebelum betul-betul berhenti memarkirkan mobil dan berjalan kaki mendaki gunung. Jam telah menunjukkan pukul 7:38 malam ketika kami semua berkumpul membentuk lingkaran , berdoa dan melanjutkan perjalan dengan berjalan kaki.

"HOREEEEEE !!! SAYA AKHIRNYA MENDAKI GUNUNG !!!" saya berteriak kerasss, namun hanya dalam hati *hihihihi., 
Mendaki gunung ternyata bukan perkara mudah. Walaupun beberapa orang bilang, Ramma' hanya sebagian kecil pendakian gunung. Tapi tetap saja saya merasa ngos-ngosan dan merasa kram dimana-mana. Belum juga berjalan terlalu jauh, saya sudah menumpahkan gula yang dititipkan pada kantong sebelah tas saya. Huhuhuhu maafkaaaaaaannn :'... syukur masih tersisa bnyak.

Beberapa kali kami harus berhenti karena rasa lelah. Namun, bukan rasa lelah yang menjadi perkara saya. Saya sangat penakut dan sedikit benci dengan pikiran saya yang melayang kemana-mana. Saya tidak bisa mengontrol cerita horor di dalam benak saya. Mencoba menenangkan diri saya beberapa kali memanggil nama Ayish atau menarik tali ransel kakak yang berjalan di depan saya.
"Kak pelan-pelanki'"

Ini pertama kalinya saya mendaki gunung dan jalan dimalam hari. OH MY GOD ! this is totally nightmare and scary. Saya mencoba bercanda menghilangkan rasa takut saya dan mencairkan suasana. Pelan-pelan saya mulai mengenali mereka dari percakapan yang melintas d telinga saya. Yang jalannya paling depan namanya kak Muis, di depan saya kak Nurdin, selebihnya saya hanya mengenal adik2 perempuan yang beberapa kali menjerit karena sedikit problem.
Perjalanan ini hanya diterangi cahaya senter dan bantuan tongkat untuk menghalau ranting-ranting yang menutup jalan. Saya kemudian merasakan kram kaki saya semakin parah. Mungkin karena dingin, saya mulai merasakan kaki saya membeku. Mungkin ini hipotermia seperti yang pernah diceritakan virah. Kalo tidak salah caranya dengan menyalakan korek api di daerah yang kedinginan. Dan hasilnya saya tidak merasakan apapun, kecuali kesemutan yang sangat menyiksa untuk memaksakan kaki tetap melangkah. C'moon ! saya tidak mau membuat perjalanan ini berantakan dan akhirnya saya memaksakan kaki tetap berjalan.
Setelah berjalan sangat jauh, sampailah kami di puncak Tallung. Angin bertiup sangat kencang membuat suhu semakin dingin. Tapi, pemandangan langit bisa menghilangkan rasa lelah setelah berjalan jauh.
"HUAAAAAA ADA BANYAK BINTANG-BINTANG !!!!" I wish I could stay here. Tapi ternyata perjalanan masih harus berlanjut menuruni bukit. Perjalanan kemudian semakin ekstrem dengan tapakan yang semakin mengecil. Untungnya cerek, yang sudah beberapa kali mendaki gunung dengan sigap menolong. Beberapa kali saya terpleset dan sedikit panik dengan jalanan sempit menuju jurang. "HUAAAA I'm gonna cry this moment" 
Hingga tiba saat dimana saya betul-betul hampir menyerah.Akhirnya ransel saya harus di bawa kak nurdin karena beberapa kali tersangkut di dahan.
"SAYA MAU PULLLLLAAAA.....!!!" Tiba-tiba permohonan ini terpotong oleh permukaan datar yang dikekelilingi tenda di mana-mana. HORE ! kami sampai juga. hore, horeeee !!!! rasa mau loncat kesana kemari dan memberi selamat kepada orang-orang yang telah lebih dahulu tiba di tempat ini. Tapi ini ide gila. 

Kami kemudian menyalakan api unggun dan menghangatkan diri. Dari balik cahaya head lamp bisa terlihat kabut yang keluar dari mulut saat bernafas dan bicara. Keinginan untuk pulang kemudian berbalik 180 derajat dan ingin tinggal disini saja. Udara nya nyaman, tak perlu menyalakan AC. Begitu tenda telah siap, kami lalu menyiapkan makanan dan mulai mengatur perlengkapan. Di samping tenda kami ada sungai kecil yang mengalir dan menambah suasana alam yang begitu sejuk. Jaket saya begitu menjadi sangat dingin karena ada keringat dan udara sejuk yang keterlaluan. Saya mencoba meracik indomie goreng bersama Ayish. Entahlah apa rasanya, yang jelas memasak di keadaan gelap bukan perkara mudah. Saya mulai putus asa dengan rasa indomie goreng dengan kuah kebanyakan. 

Tapi senang juga dengan pujian yang lainnya "Enak ji dek enak ji, kalo di gunung itu enak smua ji" *hihihi ini yang membuat saya betah untuk menyiapkan makanan. Padahal baru dilihat, makanan ini sudah tidak mengundang selera.  Setelah berganti baju saya kemudian membungkus diri dengan sleeping bag dan mencoba memejamkan mata. Entah sudah pukul berapa saat saya bangun dan mendengar kedua gigi saya saling beradu karena kedinginan. Saya memeluk Ayish yang tidur di samping saya. Rasa-rasanya saya hanya berkedip ketika cahaya terang masuk menerobos tenda.
Saya tidak sanggup untuk bangun dan berwudhu. Ah sudahlah, saya harus membunuh rasa dingin ini. "Mba boleh wudhu pake tissue basah kah ?" canda saya sambil menggigil di pinggir sungai kecil disamping tenda. Akhirnya rasa dinginlah yang harus mengalah. Menunaikan sholat subuh di tengah alam dengan suhu dingin adalah pengalaman luar biasa. Kemudian saya harus kembali ke sungai dan menggosok gigi, dan tiba-tiba ada segerombolan sapi yang melintas tak jauh dari arah aliran sungai tempat saya mengambil air minum semalam. WTFUKKKK !!!! ckckckc, saya tiba-tiba berhenti dan tak mau berkumur lagi. mengambil tissue basah dan menghilangkan sisa-sisa busa odol saya. 

"Ada sumber air di sana, kalo mau minum" kak Muis kemudian mengajak mengambil air minum yang agak jauh dari tempat kami mendirikan tenda. 
Ada pipa besar yang terhubung mengeluarkan air jernih dan sejuk untuk di minum. Tidak ragu-ragu lagi saya segera meneguk air nya dan merasakan kesejukan di tenggorokan saya. YUHUIIIIII !!!!!! Sepanjang jalan saya membujuk untuk memindahkan tenda ke dekat sumber air itu. dan akhirnya kami move on ! hihihih

Hari ini sangat berbeda dengan hari-hari biasanya yang saya lalui. Tidak ada lab, tidak ada sms meeting, tidak ada signal wi-fi, tidak ada kerjaan dan tidak ada matahari yang menyengat. I wanna stay here longer ! Siang hari hanya diisi dengan candaan ringan lainnya. Mulai dari celaan hingga kelakuan yang tidak pernah terbayangkan.

"Enal ayoo mangkal" Sambil mengangkat sarung setelah sholat kak Arman sukses membuat pipi saya sakit karena tertawa. "Ya Allah, russsaknya ini kodong kehidupannya kak Endang" sapaan sayang kak enal dari kak arman. Lain lagi kalo cerek bilang "Oi kak Armang ayo makang ikang sardeng tangpa tulan" candaan khas kelebihan huruf G yang sukses membuat saya hampir mengeluarkan air mata tidak sanggup menahan ketawa. 

"Kau itu adi nd pernah sa liat sholat"
"Sholat itu urusan hati cess, masa' mau ku lapor setiap sholat ka"
"Jangan2 kalo duduk2 mko terus dalam hati mu ko pikirkan sholat , sudah beresmi sholatmu, sudah itu dijama' lagi mulai dari subuh smpe isya satu kali" hhihihhhihi 

Candaan ini membuat saya seperti menemukan keluarga baru. Membuat saya sedikit takut menghadapi hari esok. Takut kalau saya tidak bisa lagi tertawa seperti saat ini. Takut kalau ini hanya akan menjadi memori.  Dan sangat takut jika memori ini menyebabkan kerinduan yang hebat suatu hari. huaaaaaa !!! I'm gonnaaaaaa miss it so much damn !

Duduk melingkar dan mulai memainkan games sambung lagu. Entah jaman apa yang telah di lalui kak enal. Tidak sepotong pun bait lagu melekat d ingatannya. ckckckc. Hanya beberapa bait yang berhasil di sambung kak Gandhi dan Marwa yang bersuara jernih. Uni yang sedari tadi seharusnya menyambung potongan lagu dari Ulva masih saja senyum-senyum tidak jelas dari kegelapan. Rini juga tidak menyambung lagu apapun. Nila apalagi, hanya tersenyum manis ketika terkena cahaya senter. Alhasil games ini dianggap gagal :D 

Malam ini kemudian ditutup dengan breafing menyambut persiapan pulang.
"Siapa yang takut ketinggian ?" pertanyaan ini kemudian meruntuhkan rasa senang ku. Saya benci ketinggian, dan harus menghadapi kenyataan kalau pulang harus melewati tebing.

Masuk ke tenda dan bersiap untuk mendaki pulang. Pikiran horror pun kembali menghampiri. Benci dengan jalur pulang yang akan terlihat terjal dengan tebing di pinggirannya. Saya menangis ! OH GOD ! Pikiran semacam ini memang seringkali menghampiri saya sebelum tidur. Mulai takut dengan semuanya. Saya menangis sesenggukan. Dan akhirnya di tutup dengan dengkuran yang mungkin saja mengganggu Helki yang terlelap disamping saya. Maaaaffkkkeeeeuuunnn mba Ayish :' saya tidak suka dengan jurang2 dari ketinggian. 

Belum juga matahari menampakkan diri, saya sudah berada di pancuran sumber air untuk mengambil wudhu. Ketakutan dengan ketinggian masih hinggap di pikiran saya. C'moon !!! I wanna go home !  Selesai sarapan kami berfoto bersama dan berdoa dipimpipin kak Uwa sebelum memulai pejalanan pulang. Ketakutan itu menjadi lebih besar tatkala gunung yang akan di daki tepat berada di hadapan saya. Saya bisa merakan kedua lutut saya bergetar. Huaaaaaaaaaaaaaaa...., I'm crying ! saya menggigit bibir mencoba menenangkan diri. Untungnya kak nurdin dengan sigap mengatasi ketakutan ini. Saya bisa merasakan langkah kaki yang berada di pinggiran jurang. Saya menjadi lebih cengeng ! 

Beberapa kali berhenti dan tibalah kami pada hutan pinus yang menandakan jarak parkiran mobil tidak jauh lagi. horeeeeee !! I couldn't believe it that I have been there ! Saya kemudian berlari disamping kak Akram dan berteriaaak "Horeeeeeee dari mka Ramma'" teriakan ini kemudian berhenti ketika saya menatap layar Hp dengan nama ayah yang terpampang disana. Perasaan kemudian bercampur aduk. Belum lagi lecet kaki yang di sebabkan sendal yang kurang nyaman Tapi, tidak apalah pengalaman ini layak untuk diperjuangkan :D Sekali lagi terimakasssiiihh untuk semuanyaaaaaaa :)




Makassar, 2 Oktober 2013
dari ruang kantor yang begitu penat 




Comments

Popular posts from this blog

Mr. Athirah and Katy :)

si JUDES yang pelit !!

HORRIBLE TIME FOR FLORIST !