YEH BHARAT KI KAHANI HAI

13 July 2014
Baru kali ini dapat waktu lowong untuk mengirim kabar melalui blog ini. Alhamdulillah India is beyond of my imagination. Everything is surprise me. Masih jelas memori tentang yudisium di tanggal 12 July 12, 2014, begitu ketua penguji menyatakan lulus dengan nilai A- rasanya saya tidak sanggup lagi menahan air mata. Perjuangan melalui 5 tahun mesih begitu terasa. Sehari sebelum menghadapi ujian sidang saya menelfon ayah masih tugas diluar kota. Beliau bilang, dia tak pernah menuntut saya untuk menyelesaikan gelar sarjana ini, dia tidak mengharapkan apapun dari ujian sidang ini. Dia hanya ingin saya memberikan yang terbaik dan berusaha semampu saya. Ketika saya flashback pada memori semester 2 dimana semua terasa berat untuk dilalui. Dan akhirnya tibalah saya di hari yudisium. Hari dimana saya secara resmi dinyatakan lulus di perguruan tinggi. Hari dimana saya mendapatkan gelar S.Si setelah 5 tahun berjuang. Tapi ini bukan tetang apa yang telah diraih dan diselesaikan, ini tentang apa yang telah dilalui dan semua proses yang membuat hidup menjadi lebih ini.
Saya selalu teringat motivasi Sabri, presiden AIESEC 14/15,

“Berjuanglah agar hasil yang kau peroleh akan terasa manis, apapun itu”

Perjuangan tidak hanya sampai disini, saya berfikir untuk memulai lembaran baru di belahan dunia lainnya, dan akhirnya AIESEC lah yang memberikan peluang ini. Saya memberi sedikit jeda sebelum menghadapi takdir lainnya. Saya memutuskan liburan di Bangkok selama 2 hari. Namun, ini bukan untuk liburan atau apapun itu. I just want to visit someone there. Almost is never enough, I just feel that I supposed to have more time in Bangkok, but I felt more excited about India.

17 July 2014, 01.00 am. Next flight to Calcutta, and thanks for everything Hamad Sultan ! I enjoyed Bangkok. It was really good holiday J. Saya sedikit nervous di bandara, mungkin karena ini pertama kalinya saya melakukan perjalanan panjang seorang diri. Saya mendobrak zona nyaman saya. Saya menentesakan air mata dan akhirnya tersadar inilah kehidupan  baru akan dimulai. Mungkin seperti inilah kehidupan di hari kemudian, tak seorangpun peduli tentang apa yang ada pada dirimu, semuanya sibuk mengurusi apa yang menjadi urusan mereka. Saya merasa kecil di dunia ini. Tiba di Calcutta pukul 3 subuh dini hari membuat tubuh saya mencoba beradaptasi, tak seorang pun saya kenal, saya agak canggung dan akhirnya memutuskan untuk membaringkan diri di sebelah koper saya. Saya ingin menangis, ingin memeluk sesorang dan ingin bercerita tentang ketakutan saya. Saya mencoba menenangkan diri dan mencari kafe di sekeliling saya, dan akhirnya pilihan saya jatuh pada kedai kecil dengan menu lemon tea hangat. Namun perut saya masih keroncongan. Penerbangan berikut saya masih 7 jam lagi. Rasa lapar dan ingin tidur menyerang bersamaan. Saya mendatangi kedai yang sama menanyakan menu nasi. Dia tersenyum simpul dan bilang “no rice until 10 a.m” . Sebungkus samosa akhirnya mengganjal rasa lapar saya dan saya pun tertidur di kursi dengan kaki memanjang diatas koper.
Setelah check in saya menunggu 2 jam lagi untuk penerbangan terakhir menuju Ranchi. Kota kecil diamna saya akan menghabiskan setahun kedepan. Saya mencoba menebak tentang apa yang akan saya hadapi di sana. Namun sialnya semua tentang pikiran negative tidak berhenti hinggap di pikiran saya. Saya merogoh kantong jaket saya dan memberikan selembar rupee kepada pembersih kamar mandi. Agama saya mengajarkan sedekah akan menghilangkan rasa takutmu.
Penerbangan terakhir saya hanya tertidur hingga akhirnya pesawat saya mendarat dengan mulus di bandara Birsa Munda, Ranchi. Bandara ini tidak begitu besar. Saya memberanikan diri untuk keluar dari pintu bandara dan mencoba mencari nama saya diantara kertas yang dipegang para penjemput. Mata saya tertuju pada kertas dengan tulisan Taurian World School dan nama saya diatasnya. Saya bias saja lari dan kembali ke zona nyaman saya, namun pikiran saya mengingankan hidup dengan penuh kejutan. Saya menyapa mereka yang menjemput saya. ‘Manisha’ dia memperkenalkan diri dan kami bertiga bersama supir yang hingga kini tak pernah ku kenal melaju menuju sekolah tempat magang saya.
Saya masih saja gugup. Entahlah, harus apalagi. Ketika akhirnya mereka mengantarkan saya hingga kamar, dan menunjukkan sebuah ruang besar dengan 2 tempat tidur. Saya mengagumi ruang besar itu dan kemudian meletakkan beberapa barang diatas meja dan merebahkan diri diatas kasur.
Saya kemudian kembali ke ruang kantor untuk bertemu Mrs.Chloe. Sebelum kesini, dialah yang mewawancarai saya via skype dan akhirnya menyatakan saya lulus untuk program magang ini. Saya  diajak berkenalan dengan beberapa staff oleh seorang staff yang akhirnya saya kenal dengan nama Abhijit sir. Entahlah ini aturan baku atau kebiasaan orang India. Mereka lebih senang menyebut Sir atau Mam di akhir nama seseorang. Jadi bukan Mam Nurul, tapi mereka murid-murid saya memanggil Nurul Mam.
Setelah dua hari saya menjalankan tugas saya sebagai asisten guru kelas, akhirnya saya di tetapkan menjadi guru kelas karena guru kelas sebenarnya sedang sakit. Saya begitu menikmati setiap proses dari program magang saya ini. kejutan lainnya adalah teman saya dari Rusia. Saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan menemukan seseorang dari negara lainnya di sekolah saya. Dia datang dari organisasi yang sama, AIESEC. Namun, agustus nanti masa magangnya akan berakhir setelah setahun mengabdi. Harus kuakui bahwa semua yang kutemui disini sangat memukau dan diluar dugaan saya. Jika selama ini orang-orang mengenal India sebagai negara criminal dengan berbagai macam kasus, saat inilah saya menemukan bahwa “life is like a book, who never travel just read the first page”
Kesulitan paling besar yang saya hadapi adalah mengingat nama setiap orang saya temui dan mengerti setiap kata yang diucapkan dalam bahasa Inggris. Selain itu, saya masih biasa menghandle nya. Mungkin karena saya agak jarang menggunakan bahasa Inggris di kehidupan saya. Beruntunglah teman rusia saya, Irina membantu saya mengimprove bahasa Inggris saya. Beberapa kali dia sempat tertawa karena pronunciation saya yang cukup menggelikan.
“only few people can speak English in my country, you have to help me” saya selalu merengek tiap kali dia mengejek.
Dia adalah bagian terindah dari cerita hidup saya. Dia selalu menanyakan, “are you ok ?” atau selalu memulai percakapan dengan menanyakan “do you want to eat something ?“ setiap kali saya mengunjungi kamarnya. Kami tinggal di hostel yang berbeda dengan jarak yang tidak begitu jauh. Namun saya harus melalui sebuah lapangan rumput untuk sampai di kamarnya.
Saya tinggal bersama teman kamar saya dari India. Rajni, seorang guru UKG atau guru TK di sekolah kami. Beberapa guru memutuskan untuk tinggal di asrama sekolah karena jarak yang cukup jauh. Sekeliling sekolah saya hanya hutan dan untuk menuju ke pusat kota akan menempuh jarak selama 2 jam. Rajni sangat ramah dan penuh perhatian. Namun, saya merasa lebih nyaman bersama Irina. Mungkin, karena kami menghadapi kesulitan yang sama di kota yang jauh dari keluarga.   Dan akhirnya seorang guru baru datang dari kota yang cukup jauh di India. Augustina, yang kini berbagi ruang bersama Irina. “ I never have a roommate before, you are the first” . dia masih muda dan begitu enerjik.
Saya sering menghabiskan waktu bersama mereka. Sebab Rajni akan selalu pulang ke rumah setiap akhir pekan. Pusat kota jauh dari kesan metropolitan dan sangat kumuh dengan cuaca yang cukup panas. Oia, di sekolah saya, tidak satupun menggunakan AC kecuali mobil yang digunakan untuk mengantarkan staff berakhir pekan di pusat kota. Sering kali saya tertidur di mobil dan memanfaatkan sejuknya AC.
Augustina menjadi guru kelas 4 SD bersama saya. Saya kembali menjadi asisten guru ketika guru yang sebenarnya telah kembali pulih. Pooja mam, augustina akan menjadi guru kelas 4 SD yang terbagi dalam 2 ruangan dan saya akan menjadi asisten mereka berdua. saya membantu mereka membuat timeline dan beberapa worksheet. Saya juga memiliki jam mengajar malam untuk beberapa siswa yang tinggal di asrama. Saya menikmati tanggung jawab ini.
“I came here, not for the salary, not for the experience. I can get them all in Indonesia. But it’s about contributed to the world. After this I believe that I can be better for my country” saya menjelaskan ketika Iriana bertanya apa yang membuat saya datang ke India.
Setelah beberapa minggu di India, saya kemudian jatuh sakit dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Beruntung setelah check up darah saya menyatakan semuanya normal saya bisa kembali ke asrama sekolah. Saya hanya anemia dan dehidrasi berat. Saya kemudian memutuskan untuk tidak berpuasa di bulan penuh berkah ini. Semoga ketika kembali nanti saya bisa menggantinya. 

.......to be continued

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mr. Athirah and Katy :)

si JUDES yang pelit !!

HORRIBLE TIME FOR FLORIST !